R
|
encana pemerintah untuk merevisi APBN 2012 dengan
mengajukan RUU APBN-P 2012 kepada DPR disikapi galau oleh elemen masyarakat,
mahasiswa dan politisi. Di beberapa kota besar di Indonesia terjadi aksi unjuk
rasa besar-besaran dari berbagai elemen mahasiswa dan masyarakat bahkan
terdapat instruksi
khusus dari elit partai PDI-P kepada seluruh kadernya untuk menggelar pesta demonstrasi. Hampir seluruh jalanan di titik-titik strategis (gedung DPRD, kantor Bupati/Walikota dan Gubernur) di seluruh kota besar di Indonesia memerah akibat aksi kader partai berlambang banteng ini. Pesan utama yang ingin disampaikan bahwa PDI-P menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM karena akan menyengsarakan rakyat karena PDI-P selalu berada di garda terdepan membela kepentingan wong cilik. Kepada siapa pesan ini disampaikan ?, tiada lain untuk konstituen basis massa masyarakat bawah.
khusus dari elit partai PDI-P kepada seluruh kadernya untuk menggelar pesta demonstrasi. Hampir seluruh jalanan di titik-titik strategis (gedung DPRD, kantor Bupati/Walikota dan Gubernur) di seluruh kota besar di Indonesia memerah akibat aksi kader partai berlambang banteng ini. Pesan utama yang ingin disampaikan bahwa PDI-P menolak rencana pemerintah menaikkan harga BBM karena akan menyengsarakan rakyat karena PDI-P selalu berada di garda terdepan membela kepentingan wong cilik. Kepada siapa pesan ini disampaikan ?, tiada lain untuk konstituen basis massa masyarakat bawah.
Beberapa partai politik lain turut juga menyuarakan
pendapat yang sama diantaranya Gerindra, Hanura dan PKS kemudian beberapa jam
menjelang sidang paripurna di gelar partai Golkar turut menolak rencana
kenaikan harga BBM tersebut. Persamaannya adalah bahwa keempat partai terakhir
memiliki kesamaan orientasi dalam menyikapi rencana pemerintah mengurangi
subsidi BBM yang berakibat naiknya harga BBM, dari kenaikan BBM tersebut
kemudian dapat dipastikan diikuti pula oleh kenaikan beberapa harga bahan pokok
lainnya. Perbedaan keempat partai belakangan ini dengan PDI-P adalah pada
kuantitas kader partai yang terjun langsung di jalanan yang terik bersama
mahasiswa dan masyarakat menyuarakan satu sikap terkait kebijakan pemerintah
tersebut. Massa PDI-P jauh lebih banyak dan massif turun ke jalan ketimbang
keempat partai yang berorientasi sama.
Kelima partai pro rakyat/wong cilik yang memiliki kesamaan orientasi ini sebagaimana tersebut ternyata didalamnya memiliki perbedaan yang menarik untuk dicermati. Sebelum mendalami perbedaannya terlebih dahulu kelima partai ini penulis dikotomikan menjadi dua kekuatan besar, yakni kekuatan pertama didalamnya terdapat PDI-P, Gerindra, Hanura, PKS. Vis a vis dengan kekuatan kedua yakni Golkar. Landasan dari dikotomi ini dipotret dari drama paripurna RUU APBN 2012 dimana beberapa jam sebelum voting pengambilan keputusan dilakukan, kekuatan pertama melakukan walk out meninggalkan elemen kekuatan kedua. Dari drama paripurna tersebut didapat dua poros berbeda dalam satu himpunan orientasi yang sama. Hal yang menarik dicermati kemudian adalah apa perbedaannya ?.
STRATEGI
Pertama, strategi. Dalam tataran strategi terdapat
perbedaan mencolok dari kedua kekuatan partai pro rakyat ini. Strategi kekuatan
pertama menyikapi rencana pemerintah menaikan harga BBM dengan menggelar
demonstrasi besar-besaran (show force) menyuarakan aspirasi dengan suara
lantang penuh semangat menggelora di beberapa titik strategis di beberapa kota
besar. Namun ini sudah menjadi logika umum bahwa pengerahan massa secara
serempak dan massif (clash action) berpotensi menimbulkan kerusuhan
horizontal yang dapat berimbas ke beberapa sektor kehidupan lain semisal
politik dan ekonomi. Selain strategi gerakan ekstra parlementer di lakukan juga
gerakan intra parlementer. Di dalam gedung senayan kekuatan pertama berusaha
“memperjuangkan” aspirasi gerakan ekstra parlemen tersebut dengan suara nyaris
sama lantang dengan yang di luar gedung. Namun “perjuangan” kekuatan pertama
sebatas menyuarakan masih belum pada tataran bertindak secara politik
sebagai elit untuk menuju target yang sudah menjadi orientasi. Kondisi ini
ditunjukkan dari sikap, perilaku dan argumentasi politik (walk out) mereka
sebagaimana terekam di semua media yang meliput. Kekuatan pertama kemudian
meninggalkan kekuatan kedua dalam berjibaku menentang kebijakan yang anti kenaikan
harga BBM.
Kekuatan kedua harus berperang sendiri dalam derasnya
suara mainstream yang pro kenaikan harga BBM. Dengan sisa kekuatan intelektual
dan politik yang dimiliki, kekuatan kedua berusaha bertindak secara strategis
mengarahkan mainstream yang ada untuk mengikuti orientasi kekuatan kedua. Proses
lobi yang panjang menunjukkan adanya pergulatan yang sengit sedang terjadi
sebagai akibat dari usaha bertindak (setelah usaha bersuara). Hasil dari proses lobi panjang kemudian
muncul penambahan pasal 7 ayat 6a sebagaimana kita ketahui bersama hasilnya
bahwa kenaikan harga BBM sepenuhnya di tangan pemerintah dengan syarat
rata-rata kenaikan ICP sebesar 15% dalam 6 bulan berturut-turut. Dengan sisa kekuatan yang ada kekuatan kedua
mampu menunda kenaikan harga BBM yang direncanakan diumumkan dua hari setelah
sidang paripurna di gelar. Tidak cukup dengan menunda saja namun mampu memberi
daya tawar berupa persyaratan kenaikan harga BBM yang tidak mudah untuk
dicapai. Dapat dikatakan keputusan paripurna adalah kemenangan kelompok pro
rakyat yang diwakili dan diperjuangkan sampai titik darah penghabisan oleh
kekuatan kedua.
KONSISTENSI
Kedua,
konsistensi. Drama perjuangan aspirasi pengatasnamakan rakyat telah bergulir
menyisakan serpihan serpihan kesimpulan diantaranya terdapat disparitas antara
pejuang setengah hati dengan pejuang sepenuh hati. Aksi walk out adalah gerakan frustasi sebagai respon dari kebuntuan
berpikir dan bertindak secara politis sebagai elit dalam memperjuangkan
aspirasi rakyat. Menyerah
sebelum perang berakhir bukan merupakan tindakan ksatria politik. Dari konteks
drama politik dari awal (aksi massa) hingga keputusan paripurna, masyarakat telah
dipertontonkan aktor-aktor yang berjuang sebatas menyuarakan aspirasi rakyat
kecil dan aktor-aktor yang berjuang merealisasikan aspirasi rakyat kecil sampai
terwujud. Konsistensi dalam merealisasikan aspirasi rakyat kecil berlandaskan demokrasi Pancasila dalam
bingkai stabilitas dan keutuhan Negara jauh lebih nasionalis-demokratis.
Wredha.
Danang Widoyoko, S.H.I., M.H
Koord Komisi
Pendidikan, Pengembangan Pengkajian Pemberdayaan
Potensi
Pemuda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar